Tanpa Inovasi dan Tranformasi Bisnis, UMKM akan Kesulitan untuk Pulih


Dibaca: 919 kali 
Kamis, 03 Juni 2021 - 00:01:40 WIB
Tanpa Inovasi dan Tranformasi Bisnis, UMKM akan Kesulitan untuk Pulih Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI Pusat) Atal S Depari.

Jakarta, Hariantimes.com - Tanpa inovasi dan tranformasi bisnis, UMKM akan kesulitan untuk pulih dari krisis di tengah pandemi. 

Apalagi di ekosistem digital saat ini,banyak sekali perubahan yang berlangsung begitu cepat terutama dari trend produk terbaru. 

Demikian dikatakan Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI Pusat) Atal S Depari ketika membuka acara sekaligus memberi sambutan pada acara Webinar Nasional dengan tema “Pers Mendorong Perbankan Mempercepat Sektor Digitalisasi UMKM dan System Pembayaran 2025 ” di Sekertariat PWI Pusat,Gedung Dewan Pers, Kebon Sirih Jakarta, Rabu (02/06/2021).

Acara Webinar yang dimoderatori oleh Vira Widiyasari Fintech & Payment Businnes Head Tokopedia ini dihadiri juga oleh Sekjen PWI Pusat,Pengurus PWI Pusat,serta ratusan wartawan dari seluruh Indonesia.

Disadari atau tidak, sebut Atal, UMKM sebagai motor awal penggerak perekonomian nasional tentu saja berbagai langkah perlu dilakukan untuk menstimuluskan keberlangsungan dan perkembangan UMKM di Indonesia yang salah satunya memanfaatkan platform digital.

Sementara itu, Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Fiki Satari mewakili Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, Pemerintah menargetkan sebanyak 30 juta UMKM untuk masuk ke dalam ekosistem digital pada tahun 2024 untuk memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terdampak pandemi Covid-19.

Fiki juga mengatakan, saat ini sebanyak 12,5 juta UMKM atau setara 19 persen dari total pelaku UMKM sudah masuk ke dalam ekosistem digital,sehingga bisa memenuhi target pada tahun 2024 diperlukan 17,5 juta UMKM yang harus didorong untuk masuk ke dalam ekosistem digital dalam tiga tahun ke depan. 

"Ada empat hal fundamental yang harus ditingkatkan oleh pelaku UMKM agar bisa memasukkan produknya ke dalam ekosistem digital, yaitu literasi digital, kapasitas produksi, kualitas produk, serta akses pasar.Yang pertama; literasi digital itu sendiri. Data survei saat ini menunjukkan hanpir 75 persen permasalahan dalam keberlanjutan UMKM masuk e-commerce adalah kesiapan UMKM itu sendiri, terkait karakteristik dan budaya penjual, misalnya pedagang sulit dikontak," katanya.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyebutkan, pasar global saat ini sangat tertarik terhadap produk UMKM lokal yang memiliki potensi untuk merambah pasar ekspor.

Jahja juga mengatakan, puluhan calon pembeli dari luar negeri tertarik pada produk-produk UMKM lokal yang ditawarkan dalam acara UMKM Fest yang diadakan BCA beberapa waktu yang lalu.

"Kita coba on boarding produk UMKM layak ekspor. Pada saat acara UMKM Fest itu kita atur waktu meeting dengan calon pembeli dari luar negeri, kenyataannya peminatnya lumayan banyak. Puluhan memang, tidak sampai ratusan, tetapi ini breakthrough, sebingga ada peluang untuk masuk ke situ," sebut Jahja.

Sedangkan narasumber lainnya Roy Krisdianto Partnership & BD 99% Usahaku Telkomsel Roy mengungkapkan perlu ada mindset yang diubah agar bagi semua pelaku UMKM di Indonesia bisa lebih maju dan berkembang. 

"Rata-rata rentang usia pengusaha UMKM kita memang di usia yang tidak muda lagi, dan juga masih banyak yang takut dengan komputer atau bahkan pembayaran digital. Terkadang itu yang sering menjadi masalah. Jika ingin UMKM kita besar, generasi milenial kita perlu diedukasi kewirausahaan, sehingga lebih berani untuk berjualan di ekosistem digital," ulasnya.(*)